Berburu Kepah di Nusantara Bertutur

Cerpen Anak Berburu Kepah dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi Minggu, 22 Maret 2015

Assalamu'alaikum, Sahabat Khansa.

Ada yang lagi menantikan postingan keren ini? 

Alhamdulillah. Sekian lama penantian, akhirnya naskah cerpen anak ini berhasil dinyatakan layak tayang. Horeee ... #euforia

Ohya, awalnya, naskah ini akan diikutsertakan lomba menulis dongeng anak NB. Namun, dikarenakan terlewat beberapa detik setelah DL, saya pun mengirimkan naskah ini untuk edisi reguler.
 
Mau kirim naskah ke Kompas Klasika Nusantara Bertutur juga? Boleh bingits :D

Silakan klik postingan info keren  Cara Kirim Naskah Dongeng Nusantara Bertutur Kompas Klasika yaaa ....

Selamat membaca.

Kritik dan saran sangat diharapkan, lo!

dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi Minggu, 22 Maret 2015

Berburu Kepah
Oleh: Karunia Sylviany Sambas

Hari libur telah tiba. Sejak seminggu sebelum pengumuman hasil ujian, ayah sudah berjanji akan mengajakku pergi ke Beting, salah satu tempat wisata di Kota Tanjung Balai. Asyik! Aku sudah lama menantikan saat-saat ini.

“Di, kalau sudah sampai di sana, kita akan berburu kepah!” Ayah menepuk pundakku.

“Sebagai anak laki-laki, kamu nggak boleh menolak ajakan tanding ini!” Ayah melirik ibu yang sedang menyiapkan perbekalan kami.

“Ayahmu ini dulunya jawara berburu kepah, Di. Nyari kepah itu susah-susah gampang. Butuh kesabaran dan kerja keras,” ujar ibu.

Aku terdiam. Mendengar ajakan ayah, sebenarnya aku tertantang untuk bisa menang. Siap takut? Tapi, mendengar kata-kata ibu barusan, nyaliku agak ciut. Bisa nggak ya aku melawan sang jawara?

Hm ...

Sesampainya di Beting, benar seperti kata ibu. Ayah begitu lincah mencari kepah yang bersembunyi di lumpur pantai. Sebentar saja plastik kecil yang ayah bawa sudah penuh!

“Yes, ayah menang!” sorak ayah.

Siang menjelang. Panas terik membuatku mood-ku agak kurang enak.

“Nggak adil, masak lawan anak kecil!” Aku berlari ke arah ibu.

Aku menangis. Malu.

“Eh, anak lelaki harus kuat dan sportif dong!” Ibu mengelus rambutku.

Ayah menghampiri kami.

“Mana anak ayah yang kuat itu ya?” Ayah berjongkok sambil menyodorkan seplastik kepah. “Ini buat Adi.”

Ayah tersenyum.

“Sebenarnya Adi bisa menang. Ayah tadi nggak serius kok. Tau tidak kenapa Adi kalah?” Aku menggeleng.

“Karena Adi sudah merasa kalah sebelum bertanding. Benar tidak, Yah?” jawab ibu.

Ayah mengacak rambutku.

“Ya, Bu. Mulai sekarang Adi harus punya mental pemenang! Kalo di awal sudah nggak semangat, mau gimana lagi coba? Pasti hasilnya nggak maksimal. Ya, kan?”

Ayah menepuk lembut pundakku. Aku tersenyum. Dalam hati aku berjanji nggak akan seperti ini lagi.

“Yah, Adi siap berburu kepah!”

“Ayo! Siapa takut?” Aku berlari mengejar ayah dengan hati riang.

NB: Naskah dikirim pada 1 Juli 2014
Next Post Previous Post
2 Comments
  • Naqiyyah Syam
    Naqiyyah Syam 13 Oktober 2015 pukul 15.02

    yang ini pesan moralnya indah banget :)

    • Karunia Sylviany Sambas
      Karunia Sylviany Sambas 14 Oktober 2015 pukul 08.28

      Hihihi. Terima kasih banyak, Uni. Ini karya perdana di NuBi. Tanpa tema. Jadi berasa beda sensasi waktu nulisnya. \:D/

Add Comment
comment url